head silvikultur


 


Ketinggian Tempat dan
Pertumbuhan Tanaman

Menurut Soetrisno (1998), iklim banyak diubah oleh ketinggian tempat. Bagian-bagian yang lebih tinggi dari suatu daerah umumnya lebih banyak kena panas daripada bagian-bagian yang lebih rendah. Pada elevasi-elavasi yang lebih tinggi radiasi matahari selama cuaca terang adalah lebih terik daripada elevasi-elevasi yang lebih rendah. Angin yang lebih keras meniup pada elevasi-elevasi yang tinggi daripada elevasi-elevasi yang lebih rendah. Temperatur tanah menurun dengan meningkatnya ketinggian. Atmosfer kurang rapat pada elevasi-elevasi  yang lebih tinggi karena itu kurang dapat mengabsorbsi dan memegang panas. Lembah-lembah dan jurang-jurang dapat lebih banyak terkena bahaya hawa dingin dibandingkan lereng-lereng didekatnya yang berada beberapa ratus meter lebih tinggi.

Selanjutnya menurut Soetrisno (1998), beberapa hasil penelitian yang pernah diadakan memberikan kesimpulan bahwa ketinggian tempat mempunyai efek-efek tidak langsung terhadap riap dan bentuk pohon-pohon hutan. Efek tidak langsung dari bertambahnya ketinggian terhadap  pohon-pohon sebagai individu adalah sebagai berikut :

  1. Pertumbuhan tinggi menurun secara teratur,
  2. Riap total lambat laun akan menurun,
  3. Waktu pengembangan diperpanjang, yaitu pohon memerlukan waktu lebih lama untuk menjadi dewasa.
  4. Perkembangan tajuk lambat laun menjadi lebih rendah dan lebih mendekati tanah
  5. Proporsi cabang-cabang dan ranting-ranting meningkat

Efek dari bertambahnya elevasi terhadap keseluruhan tegakan, yaitu :

  1. Banyak/jumlah batang per hektar bertambah, namun proporsi dari batang yang mempunyai klas diameter lebih besar menurun
  2. Tinggi rata-rata dari tegakan menurun
  3. Riap tahunan rata-rata dari seluruh tegakan dewasa menjadi sangat kurang
  4. Proporsi dari ranting-ranting dan kayu cabang meningkat.

 

 



Copyright © silvikultur.com 2016