|
|
Menurut Justice and Bass, (1994), suhu penyimpanan dan kadar air merupa+kan faktor penting yang mempengaruhi masa hidup benih pada kisaran suhu tertentu, umur penyimpanan benih menurun dengan meningkatnya suhu, kecuali pada benih-benih tertentu yang biasanya berumur pendek.
Temperatur yang terlalu tinggi pada saat penyimpanan dapat membahayakan dan mengakibatkan kerusakan pada benih. Karena akan memperbesar terjadinya penguapan zat cair dari dalam benih, sehingga benih akan kehilangan daya imbibisi dan kemampuan untuk berkecambah. Protoplasma dari embrio dapat mati akibat keringnya sebagian atau seluruh benih. (Sutopo, 2002)
Temperatur optimum untuk penyimpanan benih jangka panjang terletak antara 0 – 32o F (-8 sd 0°C). Semakin rendah suhu kemunduran viabilitas benih dapat dikurangi, sedangkan semakin tinggi temperatur, semakin meningkat laju kemunduran viabilitas benih. Setiap kenaikan temperatur 5°C maka umur benih akan menjadi setengahnya selanjutnya dengan penurunan temperatur penyimpanan sampai 50°F (10°C) atau lebih rendah lagi, akan sangat membantu memperpanjang umur benih yang disimpan. (Sutopo, 2002).
Harington, (1972) dalam Justice and Bass, (1994) mengajukan kaidah yang disebut Thumb Rules yang menghubungkan kadar air benih dan suhu dengan masa hidup benih. Kaidahnya menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 persen kadar air benih, maka masa hidup benihnya diperpendek setengahnya, kaidah tersebut tidak boleh digunakan untuk penyimpanan dibawah 0°C .
Vivekanandan, (1978) menemukan bahwa perkecambahan benih Swietenia macriphylla menurun dengan tajam setelah( 2 sd 4) bulan disimpan pada suhu 0°C dan 30°C, tetapi menurun secara perlahan pada suhu 15°C. Hasil penelitian ini menunjukkan keuntungan penyimpanan pada suhu 10°C dan 15°C untuk jangka waktu lebih dari setahun, dengan hasil terbaik pada suhu 10°C.