Klasifikasi Hutan
Hutan yang merupakan kumpulan pohon-pohon pada hamparan yang luas dapat digolongkan menurut tujuan pengelolaan sebagai berikut :
1. Susunan Jenis
Hutan murni ialah hutan yang seluruhnya atau hampir semua dari jenis yang sama.
Hutan campuran ialah hutan yang tersusun dari dua atau lebih jenis pohon.
Baik hutan murni atau campuran dapat berupa seumur, tidak seumur atau segala umur.
2. Kerapatan Tegakan
Hutan-hutan berbeda dalam hal jumlah pohon dan volume per hektar, luas bidang dasar dan kriteria lainnya.
Perbedaan antara sebuah tegakan yang rapat dan jarang, lebih mudah dilihat bila menggunakan kriteria pembukaan tajuknya. Sedangkan kerapatan berdasarkan volume, luas bidang dasar, dan jumlah batang per hektar dapat diketahui melalui pengukuran. Untuk lebih praktis ada kelas kerapatan tajuk yaitu:
- Rapat, bila terdapat lebih dari 70% penutupan tajuk
- Cukup, bila terdapat 40 – 70% penutupan tajuk
- Jarang, bila terdapat kurang dari 40% penutupan tajuk.
Hutan yang terlalu rapat, pertumbuhannya akan lambat, karena persaingan yang keras terhadap sinar matahari, air dan unsur hara mineral. Stagnaasi pertumbuhan akan terjadi, tetapi tidak terus berlangsung karena pohon-pohon yang lemah akan mati karena persaingan, dan penguasaan oleh pohon-pohon yang kuat.
Sebaliknya hutan yang terlalu jarang, terbuka atau hutan rawang, akan menghasilkan pohon-pohon dengan tajuk besar dan banyak percabangan dengan batang yang pendek.
Hutan yang dikelola dengan baik, kerapatannya dipelihara pada tingkat yang optimum, sehingga pohon-pohonnya dapat dengan maksimal memanfaatkan air, sinar matahari dan unsur hara dalam tanah.
Hutan yang tajuknya kurang rapat berfungsi kurang efesien, kecuali bila ada celah yang terbuka, diisi dengan permudaan hutan atau pohon-pohon muda. Tempat-tempat terbuka tersebut biasanya ditumbuhi gulma yang mengganggu pertumbuhan jenis-jenis pohon utama atau tanaman pokok.
3. Komposisi Umur
Hutan seumur adalah Suatu hutan yang ditanam pada waktu bersamaan. Meskipun demikian ukurannya dapat berbeda karena perbedaan laju pertumbuhan.
Hutan segala umur terdiri dari pohon-pohon yang besar hingga tingkat semai. Jadi meliputi berbagai umur maupun ukuran.
Hutan tidak seumur adalah hutan yang hanya mempunyai dua atau tiga kelompok umur atau ukuran. Misalnya hutan yang terdiri dari pohon-pohon yang sudah masak tebang, miskin riap dan ukuran pancangnya saja.
Hutan segala umur biasanya penyebaran ukurannya lebih beragam dan umumnya jenis yang lebih toleran naungan. Sementara hutan seumur umumnya terdiri dari jenis intoleran. Gangguan alam seperti angin topan, kebakaran, bencana alam ataupun penebangan berlebihan menciptakan celah di dalam hutan sehingga menciptakan kelompok-kelompok yang tidak seumur.
Adanya variasi hutan menyebabkan sulitnya pelaksanaan praktek silvikultur, seperti pada hutan alam produksi di berbagai tempat di Indonesia.
4. Tipe Hutan
Tipe hutan ialah istilah yang digunakan bagi kelompok tegakan yang mempunyai ciri-ciri yang sama dalam susunan jenis dan perkembangannya. Ini disebabkan oleh faktor-faktor ekologi tertentu, merupakan kelompok alami atau asosiasi berbagai jenis pohon yang tumbuh bersama pada suatu daerah yang luas. Tipe hutan diberi nama menurut satu atau lebih jenis pohon yang dominan. Cara yang lazim digunakan di Indonesia menurut formasi hutan, yaitu suatu kelompok vegetasi yang mempunyai bentuk (life form) yang sama. Misalnya pembagian menurut Van Steenis (1950), seperti berikut ini.
- Hutan hujan tropika selalu hijau dataran rendah.
- Hutan hujan tropika pegunungan rendah.
- Hutan hujan tropika pegunungan tinggi.
- Hutan tropika sub alpin
- Hutan kerangas
- Hutan pada batu kapur
- Hutan pada batuan ultrabasa
- Vegetasi pantai
- Hutan bakau
- Hutan payau
- Hutan rawa gambut
- Hutan rawa air tawar dan hutan rawa air musiman
- Hutan hujan tropika semi selalu hijau.
- Hutan gugur daun tropika lembab.
- Formasi lain yang beriklim musiman semakin kering.
Menurut Soerianegara dan Indrawan terdapat keragaman yang besar dalam vegetasi hutan di Indonesia, baik dari segi keadaan lingkungan dan tempat tumbuhnya, maupun dari susunan floristiknya, sehingga pada waktu ini masih belum mungkin untuk menyusun klasifikasi vegetasi Indonesia yang lengkap.
|