head silvikultur


 


Penentuan Kerapatan Tegakan

Hutan-hutan yang pengelolaannya kurang baik biasanya terlalu rapat ataupun terlalu jarang pertumbuhan pohon-pohonnya. Kedua keadaan tersebut adalah merugikan dan mengakibatkan kurangnya nilai kayu yang dihasilkan. Stocking yang kurang sering terjadi pada umur muda karena kurangnnya syarat-syarat dalam permudaannya. Ruang yang tidak ditumbuhi menjadi tidak produktif, sedangkan pohon-pohon dalam tegakan-tegakan tersebut biasanya bercabang banyak, sehingga tidak dapat menghasilkan kayu yang berkualitas tinggi. Sebaliknya stocking yang terlalu padat menyebabkan produksi kayu dalam tegakan terbagi atas bagitu banyak pohon-pohon sehingga tak satupun dapat tumbuh dengan kecepatan yang optimum.

Kerapatan tegakan merupakan faktor utama yang dapat dimanipulasi rimbawan dalam pengembangan tegakan. Melalui manipulasi kerapatan tegakan silvikultur dapat mempengaruhi pemantapan jenis selama periode permudaan dan juga memodifikasi kualitas batang, kecepatan pertumbuhan diameter dan bahkan volume produksi selama periode perkembangan tegakan. Metode pengukuran kerapatan tegakan banyak; namun belum ada penentuan tentang cara menggambarkannya yang paling dapat dipercaya.

 

Dalam pengembangan prinsip pengukuran kerapatan tegakan perlu dimengerti dua istilah yaitu stok ( stocking) dan kerapatan tegakan. Stocking adalah sebagai petunjuk jumlah pohon yang kurang subyektif dibandingkan dengan jumlah yang diinginkan untuk mendapatkan hasil yang terbaik, sedangkan kerapatan tegakan yaitu sebagai ukuran kuantitatif stok pohon yang dinyatakan secara relatif sebagai koofisien, dengan mengambil jumlah normal, luas bidang dasar atau volume unit, atau secara mutlak dalam istilah jumlah pohon, luas bidang dasr total, atau volume setiap unit areal (Ford-Robinson,1971). Kerapatan yang diperlukan dinyatakan dalam istilah kuantitatif dan hendaknya menggambarkan pengukuran tegakan yang tidak tergantung pada tujuan pengelolaan dan konsisten diseluruh tingkat perkembangan tegakan.

Kerapatan tajuk memberikan suatu cara yang tepat untuk penentuan toleransi. Hal ini disebabkan karena sejumlah besar daun-daun hidup bertahan di dalam tajuk akan memperbesar kerapatan tajuk. Metoda yang paling langsung untuk menentukn kerapatan ini sangat subyektif dan tidak dapat dikatakan seksama didalam pengertian apapun, meskipun perbedaan-perbedaan antara tajuk –tajuk ekstrim rapat dan sangat terbuka adalah jelas. Tetapi juga memungkinkan untuk mengukur cahaya yang tersaring melewati tajuk-tajuk pohon dengan alat-alat pengukur cahaya apa saja. Kerapatan tajuk merupakan salah satu kriteria yang paling baik.  

 

Pustaka :

Daniel T. W,  J.A. Helms and F.S. Baker, 1992.  Prinsip-Prinsip Silvikultur (Terjemahan). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Silvikultur, Dr. Ir. Kadar Soetrisno, M. Agr. Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda. 1996.

Silvika, Ir. Oemi Hani’in Soeseno, Ir. Ibrahim Edris. Badan Penerbitan Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada Yogyaklarat, 1974.

Artikel Terkait :

  1. Pengelolaan Hutan Tanaman
  2. Penentuan Kerapatan Tegakan
  3. Metode Penentuan Kerapatan Tegakan
  4. Ruang Tumbuh Kerapatan Tegakan Jarak Antar Pohon
  5. Metode Lain Pengukuran Kerapatan Tegakan
  6. Evaluasi Berbagai Metode Mengukur Kerapatan Tegakan

 



Copyright © silvikultur.com 2016